KESALAHAN DALAM MENYAMBUT 'EID MUBARAK

Salam ‘alaykum.. Taqobbalallahu minni wa minkum.. kullu ‘amien wa antum bikhoir.. biiznillah..

Kifhal sahabat2 perjuangan??? Sihat tak hati kita hari ini? Jawab sendiri ye. Di kelapangan waktu yang ada ini, pena terasa terpanggil untuk menulis entri terbaru, walaupun pada hakikat kehidupan realitinya, pena sekarang berada dalam minggu exam, dan untuk esok.. paper yang boleh dikatakan susah sekiranya tak buka buku dan senang sekiranya buku itu dibuka. Mungkin masyarakat lainnya sedang sibuk untuk berjalan2 ke rumah terbuka, tapi tidak bagi student2 ipt khususnya, sibuk dengan membuka buku.

Bukan ini yang menarik hati pena untuk menukilkan sesuatu pada laman maya ini, Cuma ingin berkongsi sesuatu yang mana, mungkin ada di kalangan kita yang menyedarinya sejak dahulu lagi, atau pun ada lagi yang belum menyedarinya atau buat2 tak sedar mengenainya. Kita mengharapkan keberkatan Ilahi ketika kita meraih kemenangan dengan kedatangan ‘eid syawwal yang mulia ini. Namun, tanpa di duga kita menolak keberkatan tersebut dengan melakukan pelbagai kemungkaran dalam menyambut ‘eid mulia ini.

wahai saudaraku seIslam - semoga taufik Allah sentiasa bersama kita - sesungguhnya kebahagiaan yang ada pada hari2 raya terkadang membuatkan insan lupa atau sengaja melupakan perkara-perkara agama mereka dan hukum2 yang ada dalam Islam. Sehingga kita melihat ramai yang berbuat kemaksiatan dan kemungkaran2 dalam keadaan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya !! Semua inilah yang mengasakku untuk mencoret sesuatu yang insyaallah bermanfaat ini dalam lamanku, agar menjadi peringatan buatku dan juga bagi kaum muslimin dari perkara yang mereka lupakan dan mengingatkan mereka atas apa yang mereka telah lalai darinya.


kesalahan apa yang kita tak sedar kita melakukannya?

Pertama : Berhias Dengan Mencukur janggut

ramai yang melakukan perkara ini. Walhal mencukur janggut merupakan perbuatan yang diharamkan dalam agama Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana ditunjukkan dalam hadith2 yang shahih yang berisi perintah untuk memanjangkan janggut agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir yang mana kita diperintah untuk menyelisihi mereka. Selain berkaitan dengan hal itu, memanjangkan janggut termasuk fithrah (bagi muslimin) yang tidak boleh kita ubah. dalil2 tentang haramnya mencukur janggut juga terdapat dalam kitab2 Imam Madzhab yang empat ( Lihat Fathul Bari 10/351, Al-Ikhtiyar Al-Ilmiyah 6, Al-Muhalla 2/220, Ghidza'ul Albab 1/376 dan selainnya "Adillah Tahrim Halqil Lihyah" hadith2 yang ada dalam masalah ini, "Majallah Al-Azhar" 7/328. "Hukum Ad-Dien Fil Lihyah wat tadkhin") yang telah dikenal.

Kedua : Berjabat Tangan Dengan Wanita Yang Bukan Mahram.

Ini merupakan musibah yang banyak di hadapi kaum muslimin, tidak ada yang selamat darinya kecuali orang yang dirahmati Allah. Perbuatan ini haram berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam."ertinya : Seseorang ditusukkan jarum besi pada kepalanya adalah lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" [Hadits Shahih, Lihat takhrijnya secara panjang lebar dalam "Juz'u Ittiba' is Sunnah No. 15 oleh Adl-Dliya Al-Maqdisi ]

Keharaman perbuatan ini diterangkan juga dalam kitab-kitab empat Imam Madzhab yang terkenal [boleh rujuk kitab 'Syarhu An Nawawi ala Muslim 13/10, Hasyiyah Ibnu Abidin 5/235, Aridlah Al-Ahwadzi 7/95 dan Adlwau; Bayan 6/603]

Ketiga : Tasyabbuh (Meniru) Orang-Orang Kafir Dan Orang-Orang Barat Dalam Berpakaian Dan Mendengarkan Alat2 Musik Serta Perbuatan Mungkar Lainnya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda."ertinya : Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka" (Hadith ini dikeluarkan oleh Ahmad 2/50 dan 92 dari Ibnu Umar dan isnadnya Hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dalam Musykil Al Atsar 1/88 dari Hassan bin Athiyah, Abu Nu'aim dalam Akhbar Ashbahan 1/129 dari Anas, meskipun ada pembicaraan padanya, tetapi dengan jalan-jalan tadi, hadith ini derajatnya Shahih, insya Allah. )

Baginda Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda."ertinya : Benar-benar akan ada pada umatku beberapa kaum yang mereka menghalalkan zina, sutera (bagi laki-2), khamr dan alat-alat musik. Dan benar2 akan turun beberapa kaum menuju kaki gunung untuk melepaskan gembalaan mereka sambil beristirahat, kemudian mereka didatangi seorang fasik untuk suatu keperluan. Kemudian mereka berkata : 'Kembalilah kepada kami besok!' Lalu Allah membinasakan dan menimpakan gunung itu pada mereka dan sebagian mereka dirubah oleh Allah menjadi kera2 dan babi2 hingg hari kiamat" ( Hadith Riwayat Bukhari 5590 secara mu’allaq dan bersambung menurut Abu Daud 4039, Al-Baihaqi 10/221 dan selainnya. )

Keempat : Masuk Dan Bercengkerama Dengan Wanita2 Yang Bukan Mahram.

Hal ini telahpun di tegah dan dilarang oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sabda beliau."ertinya : Hati-hatilah kalian masuk untuk menemui para wanita". Maka berkata salah seorang pria Anshar : "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang Al-Hamwu" Beliau berkata : "Al-Hamwu adalah maut" [Hadits Riwayat Bukhari 5232, Muslim 2172 dari 'Uqbah bin Amir]

Al- Allamah Az-Zamakhsyari berkata dalam menerangkan "Al-Hamwu""Al-Hamwu bentuk jamaknya adalah Ahmaa' adalah kerabat dekat suami seperti ayah (Dia dikecualikan berdasarkan nash Al-Qur'anul Karim, lihat "Al-Mughni" 6/570 ) saudara laki2, pakciknya dan selain mereka... Dan sabda beliau : "Al-Hamwu adalah maut" maknanya ia dikelilingi oleh kejelekan dan kerosakan yang telah mencapai puncaknya sehingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakannya dengan maut, kerana hal itu merupakan sumber segala bencana dan kebinasaan. Yang demikian itu Al-Hamwu lebih berbahaya daripada orang lain yang tidak dikenal. Sebab kerabat dekat yang bukan mahram terkadang tidak ada kekhawatiran atasnya atau merasa aman terhadap mereka, lain halnya dengan orang yang bukan kerabat. Dan boleh jadi pernyataan "Al-Hamwu adalah maut" merupakan do'a kejelekan..." ["Al-Faiq fi Gharibil Hadits" 9 1/318, Lihat "An-Nihayah 1/448, Gharibul Hadits 3/351 dan Syarhus Sunnah 9/26,27]

Kelima : Wanita-Wanita Yang Bertabarruj (Berdandan Memamerkan Kecantikan) Kemudian Keluar Ke Pasar-Pasar Atau Tempat Lainnya.Ini merupakan perbuatan yang diharamkan dalam syari'at Allah.

Allah Ta'ala berfirman :"ertinya : Hendaklah mereka wanita2) tinggal di rumah-rumah mereka dan jangan bertabarruj ala jahiliyah dulu dan hendaklah mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat" [Al-Ahzab : 33]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."ertinya : Dua golongan manusia termasuk penduduk neraka yang belum pernah aku melihatnya : .. dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggak-lenggok ( Menyimpang dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan keharusan mereka untuk menjaga kemaluan, "An-Nihayah" 4/382 )kepala-kepala mereka bagaikan punuk-punuk unta (Berkata Al-Qadli 'Iyadh dalam Masyariqul Anwar 1/79 : Al-Bukht adalah unta yang gemuk yang memiliki dua punuk. Maknanya -wallahu a'lam- wanita-wanita itu menggelung rambut mereka hingga kelihatan besar dan tidak menundukkan pandangan mata mereka. ) Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapatkan bau syurga. Padahal bau syurga dapat tercium dari perjalanan sekian dan sekian" [Hadith ini dikeluarkan oleh Muslim dalam "Shahihnya" 2128, 2856 dan 52, Ahmad 2/223 dan 236 dari Abu Hurairah]

Keenam : Mengkhususkan Ziarah Kubur Pada Hari Raya : ( Lihat perincian yang lain tentang bid'ah yang dilakukan di kuburan dalam kitab "Ahkamul Janaiz" 258-267 oleh Syaikh kami Al-Albani Rahimahullah )

Ketujuh : Boros Dalam Membelanjakan Harta Yang Tidak Ada Manfaatnya Dan Tidak Ada Kebaikan Padanya.

Allah berfirman."ertinya : Janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" [Al-An'am : 141]

"ertinya : Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat boros itu adalah saudaranya syaitan" [Al-Isra : 26-27]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."ertinya : Tidak akan berpindah kedua kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang ... dan hartanya dari mana ia perolah dan ke mana ia infakkan" ( Hadith Riwayat Tirmidzi 2416, Al-Khatib dalam Tarikh-nya 12/440 dari Ibnu Mas'ud, padanya ada kelemahan. Akan tetapi ada pendukungnya dari Abi Zur'ah di sisi Ad-Darimi Dzail Tarikh Baghdad 2/163. Dan dari Mu'adz di sisi Al-Khatib 11/441. Maka hadith ini Hasan. )

Kelapan : Kebanyakan Manusia Meninggalkan Shalat Berjama'ah Di Masjid Tanpa Alasan Syar'i Atau Mengerjakan Shalat ‘eid Tetapi Tidak Shalat Lima Waktu.

Demi Allah, Sesungguhnya Ini Adalah Salah Satu Bencana Yang Amat Besar.

Kesembilan : datangnya Sebagian Besar Orang-Orang Awam Ke Kuburan Setelah Fajar Hari Raya ; Mereka meninggalkan shalat ‘eid, dirancukan dengan bid'ah mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya. [Al-Madkhal 1/286 oleh Ibnu Hajj, Al-Ibda hal.135 oleh Ali Mahfudh dan Sunnanul Iedain hal.39 oleh Al-Syauqani]Sebagian mereka meletakkan pada kuburan itu pelepah kurma ( dan ranting-ranting pohon !! Lihat Ahkamul Jazaiz hal. 253, Ma'alimus Sunan 1/27 dan ta'liq Syaikh Ahmad Syakir atas Sunan Tirmidzi 1/103 )

Semua ini tidak ada asalnya dalam sunnah.

Kesepuluh : Tidak Adanya Kasih Sayang Terhadap Fakir Miskin.

Sehingga anak2 orang kaya memperlihatkan kebahagiaan dan kegembiraan dengan pelbagai jenis makanan yang mereka pamerkan di hadapan orang2 fakir dan anak2 mereka tanpa perasaan kasihan atau keinginan untuk membantu dan merasa bertanggung jawab.

Padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."ertinya : Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya" [Hadith Riwayat Bukhari 13 dan Muslim 45, An-Nasa'i 8/115 dan Al-Baghawi 3474 meriwayatkan dengan tambahan ; "dari kebaikan" dan isnadnya Shahih]

( sumber ‘ilmiah : Kitab Ahkaamu Al-Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali Hasan bin Ali Abdul Hamid, Al-Atsari )

Sekian dahulu untuk entri kali ini. Segala kekhilafan mohon di perbaiki. Sekiranya ada kesalahan maklumat di alu-alukan untuk menegur hamba yang dho’if di pandangan Allah yang Maha Agung dan juga pandangan sisi insan.

Akhir kalam.. bersederhanalah dalam menyambut bulan ‘eid syawwal ini. Moga2 rahmat Allah sentiasa bersama kita, hambaNya yang sentiasa memerlukanNya. Buat sahabat2, selamat berimtihan ya.. (^-^)


allahu'alam




SALAM 'EID MUBARAK : SALAM IMTIHAN ANNAJAH


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله الذي علّم بالقلم علّم الإنسان ما لم يعلم. والصلاة والسلام على خير الآنام وعلى آله واصحابه الكرام


Salam ‘alaykum jami’an..

Akhirnya, selama seminggu bercuti, pena kembali menjenguk masuk blog ni. Menarik juga mendengar cerita dari sahabat2 sekembalinya mereka dari kampung halaman masing2, mana taknya gembiralah, dapat duit rayalah katakan. Duit raya? Dah bulan syawal ke? Subhanallah, maha suci Allah, tuhan yang menciptakan, dah masuk syawal yang ke-7 rupanya. Tapi dalam suasana bergembira, ada juga yang pulang ke kampus dalam keadaan kurang sihat, dalam erti kata lain, demam. Demam??? Pelik tapi benar… maha suci Allah yang menentukan.

Ramai juga sahabat2 yang pulang ke kampus dalam keadaan demam. Dewan peperiksaan terasa sedang memanggil-manggil nama setiap pelajar yang akan menduduki peperiksaan yang insyaallah akan kunjung tiba jua. Demam peperiksaan semakin hangat di rasai oleh seluruh lapisan mahasiswa yang berada di kawasan akademi pengajian nilampuri mahupun bagi segenap lapisan mahasiswa dari universiti yang lain. Berkahnya imtihan kita.. berperang di atas kertas yang tak bernyawa dalam bulan’eid Mubarak ini.

Stessnya.. banyaknya kena hafal.. soalan apa yang keluar ye? Pelbagai soalan di timbulkan, terkadang tak cukup suara untuk menjawabnya. Sebagai individu yang masih lagi bergelar tholibul ‘ilmu dan insyaallah akan sentiasa memgang gelaran tersebut, saya mungkin boleh berkongsi maklumat ringkas di mana demam ada punca pencetusnya seperti jangkitan kuman, stress dan lain-lain. apa yang boleh di jangkakan, beberapa hari yang mendatang merupakan hari-hari yang agak menyiksakan bagi sebilangan pelajar yang sedang menghadapi peperiksaan. Mungkin terlintas di fikiran kita.. alangkah baiknya jika “ijazah” ini dapat diperolehi hanya dengan menghadiri kuliah, membuat beberapa ‘assignment’ dan mengikuti beberapa hari latihan, praktikal dan lain-lain.

Ayuh sahabat2.. kita renungi kembali sejarah pengembangan ilmu di zaman kegemilangan Islam suatu ketika dahulu, kita akan akur bahawa pengembangan tamadun Islam sebelum ini berlaku dalam kadar yang begitu pantas dan melibatkan begitu banyak disiplin ilmu. Mungkin bagi kita Senario ini mustahil sekali untuk dilihat, jika umat Islam ketika itu menghadapi sindrom “demam peperiksaan” atau mengalah dengan kesukaran yang dihadapi ketika menimba ilmu atau hanya belajar untuk ‘cukup makan’ atau membawa “talian hayat” (nota untuk tujuan meniru di dewan peperiksaan) hanya untuk bergraduat.

Menurut alfadil Syeikh Muhammad Qutb, dalam bukunya yang bertajuk ‘Sinaran Cahaya dari Rasulullah S.A.W’ menyatakan dorongan kuat yang mengubah senario arab jahiliah kepada arab yang begitu cintakan ilmu ialah kefahaman yang mendalam umat islam ketika itu dengan hadith Baginda S.A.W. Hadith tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah bermaksud ‘Menuntut ilmu adalah wajib (fardu) bagi setiap muslim’.

Menurut alfadil syeikh, kefahaman muslim berhubung maksud kalimah ‘fardu’ yang membawa implikasi adalah :



a. Ia kewajiban yang mesti ditunaikan oleh manusia. Ia tidak boleh di abaikan sama ada ketika senang atau ketika sibuk.
b. Ia adalah satu kewijiban yang perlu dilakukan manusia kerana Allah dan sebagai ibadah kepadaNya. Ia mesti dilaksanakan dengan amanah,bersih dan ikhlas.
c. Ia adalah amalan yang akan mendekatkan hamba dengan Tuhanya. ( silah baina al-‘abd liLLAH Ta’ala.

Inilah yang mendorong mereka meletakkan kepercayaan bahawa menuntut ilmu itu sama pentingnya dengan solat, puasa, zakat dan haji. Ia telah membuahkan rasa khyusuk dan ikhlas kerana ia merupakan jalan untuk mengabdikan diri kepada yang Maha Mencipta dan Maha Mengetahui. Semakin mereka berilmu, semakin mereka bertaqwa. Tiada rasa jemu, malas dan berpada dengan yang sedikit. Ini kerana mereka penat, letih dan mengantuk untuk menjadi abdi yang terbaik di hadapanNya. Abdi yang semakin membesarkanNya dari hari ke hari, kerana dapat menyingkap sedikit rahsia dan keajaiban ciptanNya. Mereka mengharapkan taqwa dari menuntut ilmu sebagaimana mereka mengharapkan taqwa ketika berpuasa. Keadaan ini berbeza dengan keadaan di barat di mana mereka yang semakin ‘berilmu’ semakin lari dari yang Maha Pencipta seperti Darwin dan rakan-rakanya.

Ingatlah sahabat2ku,

Sesungguhnya Allah menyanjungi ‘ilmu dan pendokong2nya pada banyak tempat dalam kitab suci-Nya yang mulia. firmanNya : “ katakanlah adakah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu?” ( azzumar : 9 )

Allah juga berfirman dalam surah al-mujaadalah : ayat 11, mafhumnya : “ Allah akan mengangkat orang-orang di kalangan kamu dan orang-orang yang di berikan ilmu akan beberapa darjat”

Dengan ilmu kita ber’amal. Dengan ‘ilmu kita mudah untuk ber’ibadah. “tuntutlah ilmu tapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah tapi tidak melupakan ‘ilmu – hasan basri”

Semoga saudara saudari menyedari inilah prespektif yang sepatutnya dilihat bagi seorang muslim. Kita tidak berlebih-lebihan dalam sesuatu dan meninggalkan yang lain. Aktif dalam amal islami tidak menjadikan kita ‘student’ ‘cukup makan’ di universiti. Berusaha menjadi ‘scorer’ tidak menjadikanya kita meninggalkan amal islami yang dituntut.

“ jika sekiranya ada orang yang mengerjakan ibadah seperti beribadahnya malaikat tanpa ilmu, golongan itu adalah golongan orang yang rugi, kerna hasilnya hanya lelah dan payah sedangkan pahalanya hampa belaka. Kerna itu bersungguh2lah dalam menuntut ilmu dan jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana demikian itu, kita tidak akan terus berada dalam bahaya kesesatan” – imam al-ghazali.

Allahu’alam. Salam ‘eid mubarak. Kullu sanah wa antum toyyibun. Taqobbalallahu minni wa minkum. Salam imtihan annajah buat sahabat2ku...

Moga berjaya. Wassalam.

HAKIKAT : ANTARA SUNNAH DAN SYAWAL

Bismillahirrahmanirrahim, segala Puja dan puji bagi Allah ta’ala. Selawat atas junjungan mulia Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sesungguhnya semulia-mulia kalam ialah kalam Allah Ta’ala, sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sejelek-jelek perkara ialah yang diada-adakan dalam agama, dan semua perkara yang diadakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah sesat. Hamdulillah, masih di beri ruang untuk menulis dalam blog yang tidak seberapa ini.


Alhamdulillah juga, akhirnya selesai tugas mengemas pakaian untuk pulang ke bumi kelahiran hari ini. Hari ini? Ahh.. tarikh pada kalender di sebelah sudah melangkah ke tarikh 15hb september 2009. Dah masuk ramadhan yang ke-25. Syukur liLLAH Ta’ala. Doakan saya agar sampai ke destinasi dengan selamat ya...


Em.. sekitar tajuk , hakikat : antara sunnah dan syawal..


Pernah saya terfikir, apakah di negara kita kini.. Malaysia ya? Sudah menyubur dan berkembangnya sunnah? alhamdulillah, mungkin ramai di kalangan pendakwah masa kini yang kian bergerak dengan dakwah kepada masyarakat kepada sunnah Nabi S.A.W dalam urusan ibadah. Demikian juga dengan amalan sunnah yang selalu beriringan dengan perkembangan semasa ataupun sesuatu peristiwa. Satu usaha yang murni dalam mengamalkan sunnah baginda saw dalam kehidupan seharian. Bulan ramadhan sudah hampir tiba ke penghujungnya. Kini, dalam media massa sendiri ( seperti internet, majalah, blog, tv dan sebagainya ) sudah banyak memaparkan mengenai sunnah-sunnah di dalam bulan ramadhan. Berakhirnya ramadhan, Syawal pula bakal menjelma. amalan sunnah terutamanya pada hari raya juga turut tidak ketinggalan memasuki pasaran media tersebut. Ini adalah satu perkembangan yang sihat dan bagi saya sendiri amat wajar agar ianya diteruskan supaya masyarakat sentiasa terdidik untuk mengikuti Rasulullah S.A.W. tapi alangkah baiknya jika sunnah Rasulullah dapat diikuti secara keseluruhan, bukan secara berjuzuk.


Adakah Hari raya merupakan hari kemenangan dan kegembiraan?. Mungkin juga, yang mana Hari kemenangan umat Islam mengharungi satu bulan dengan menahan diri daripada makan dan segala perkara-perkara yang buruk. Kemenangan ini adalah kepada mereka yang mengharungi ramadhan dengan kejayaan. Kemenangan itu bukanlah disambut dan dihayati dengan hiburan yang melampau. Sepatutnya 1 bulan ini dapat mendidik kita ataupun menjadi titik tolak untuk diri kita sendiri berubah dalam hal ketaqwaan. Malangnya, setelah berakhirnya ramadhan, solat subuh dan solat jemaah di masjid kian suram, kitab Al-Quran kian berhabuk , perkara maksiat ‘kembali kepada asal’, seolah-olah kita mengakui yang kita mengharungi ramadhan adalah sekadar memenuhi tuntutan, bukan untuk mendidik jiwa terhadap perjuangan dan keikhlasan.


kemungkinan masyarakat kita sudah sekian lama terdidik atau terikut-ikut dengan angin hari raya di negara ini. Lihat sajalah, televisyen terutamanya pasti akan menyiarkan Muzik dan filem yang pasti akan ada slot atau kisah yang memaparkan kesedihan. Sepatutnya hari raya adalah hari kegembiraan. Begitu juga dengan takbir raya. Alhamdulillah, kita dapati sudah ramai yang menyedari bahawa takbir raya di negara kita yang beralun-alun mengambarkan kesedihan dan bukan melambangkan kekuatan. Semoga perubahan untuk ni beransur-ansur digerakkan. ( saya teringat kata-kata seorang ustaz, di negara ‘arab mengalunkan takbir raya dengan nada kegembiraan untuk meraikan kemenangan mengekang hawa nafsu selama sebulan – allahu’alam ).


Sempena syawal ini, marilah kita sama-sama renungi atau muhasabah kembali akan kisah permulaan puasa kita. Bagaimana amalan dan ibadah kita pada permulaan bulan tersebut?. Sungguh, kita terasa kenikmatan yang sudah tidak dapat ditarik kembali dan akan menjumpainya di tahun berikutnya jika kita belum memejamkan mata selamanya. Tidakkah terasa betapa indahnya bila kita iftor ( berbuka puasa ) beramai-ramai, bersama keluarga tercinta, sahabat handai, berbuka puasa menurut sunnah, bersolat tarawih, membaca Al-Quran, bertahajud dan bermunajat. Mereka yang benar-benar ikhlas terhadap ibadat dan mengharungi perjuangan sebenar di bulan Ramadhan pastinya akan merasa hiba dengan berakhirnya bulan yang penuh berkat ini.


Mari kita sama-sama hayati dan tadabbur Firmah Allah S.W.T ini yang bermaksud : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Kerana itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS 2:185)



Sekian saja untuk entri kali ini. Otak seakan beku untuk berfikir.. maaf seandainya ada khilaf selama penulisan dalam blog ini, mungkin ada di kalangan pembaca yang terguris atau terasa hati, namun percayalah, untuk kebaikan kita bersama, agar kita terus untuk bermuhasabah... dan terus bermuhasabah.. selagi ianya belum berakhir, sambutlah salam ramadhan kareem dari saya, Allahu Akram, seterusnya salam syawal ‘eid fitri.


Wallahu’alam.

DENGARLAH UKHTIE : KELEMAHAN KITA

Alhamdulillah, sekembalinya dari membeli sedikit barang untuk di bawa pulang ke bumi kelahiranku, aku melabuhkan diri sebentar sementara menunggu azan zuhur di laungkan. Ku capai handphone di sebelahku, ku tekan kekunci handphone, akhirnya aku mainkan lagu mp3 “ pemergianmu”.. lagu khas untuk kekasih Allah, Rasulullah saw.

“ tangan di celup, di bejana air, kau sapu di muka, mengurangkan pedih, beralun dzikir, menutur kasih pada ummah dan akhirat.. dan tibalah waktu ajal bertamu, penuh ketenangan jiwamu berlalu, linangan airmata syahdu, iringi pemergianmu.. betapa sekarnya ummah menerima, apakan lagi umar mempercayainya.. namun iman di dada akur, kerna manusia akan mati jua akhirnya”

Rindu ku tak tertanggung lagi.. ahh.. airmata mengalir lagi.. setiap kali ku dengar lagu itu, setiap kali itu juga airmata ku tidak akan pernah segan untuk mengalir. Rinduku untuk bertemu Rasulullah, rinduku bertemu para ahlu bait, rinduku bertemu keluargaku.. ya.. keluarga ku. Apa khabar mak? Apa khabar abah?.. ya Ilahi, dua hari lagi.. pertemukanlah kami dalam RedhaMU.

Ingatan ku menerawang mengenangkan seorang sahabat, yang datang bertemu denganku beberapa hari lalu, sebelum kembali ke kampungnya. “ camna nak bertaubat?" Sedikit terkejut dengan persoalan yang di timbulkan. “ aku risau aku mengaku aku hamba Allah, tapi adakah sudah tertunai sebaiknya tugasku sebagai khalifahNya? Aku mengaku aku mahu mencegah kemungkaran.. tapi...” ku dengar tutur katanya, lembut. Memang selembut orangnya. Entah apa yang perlu aku katakan. Lidah ku sendiri keluh untuk berkata-kata. Pertemuan malam itu berakhir dengan tangisan, entah apa yang mengganggu fikirannya tika itu.. malunya aku ..aku tidak menunaikan hak ku kepada saudara seislam ku. Dia pinta nasihat.. tapi aku hanya mampu terdiam.

Sebelum berangkat ke kampungnya, aku sempat menitipkan sepucuk surat untuknya. Selepas bersalaman, aku kembali ke bilik.. Ya Allah.. airmata menitis lagi.. “ moga dia sentiasa dalam rahmatMu Ya Ilahi”.

Salamu ‘alayk ukhtie fillah..

Kiranya ukhtie sudah tidak ada di depan ana tika membaca surat ini. Ukhtie, maaf ya, bukan tiada jawapan untuk persoalan ukhtie, tapi.. lidah seakan terasa kelu untuk berkata-kata. Hanya tangisan yang mampu bersuara..

Ukhtie...

Pernah tak kita tanya diri, kenapa diri ini terlalu riak? Kenapa aku ujub pada diri. Apakah aku tidak sedar akan kekuasaan Allah itu?. Padahal aku sudah merasakan derita jiwa dan perasaan kerna hilang dari jalan menuju redha Tuhan.

Tidak bersyukurkah namanya ini?

Pekakkah? Bisukah? Butakah?

Ukhtie..

Pekakkah aku tidak mendengar bicara majlis ilmu? Tidak faham akan bahasa yang ku kuasai untuk memahami tafsir Quran. Hati ini sudah dibuka wahai diri, insafilah. Ya Allah terima lah taubatku ini.

Ukhtie...

Bisukah aku tidak juga dapat menegakkan kebenaran dan amar makruf ? Suara mu’azzin melaungkan azan, namun berapa jasad saja yang turun untuk mengimarahkan musolla? Berapa hati yang mahu mengisalah diri dengan tazkirah-tazkirah rohani seusai solat subuh?. Padahal kita tidak bisu tetapi mengapa jadi begini? Aku tidak mengeluh tapi hanya sedih kerana aku tidak punya jawapan di hadapan Allah atas semua yang ku pikul di pundak ini. Di mana tanggungjawab untuk memegang tarbiyah sahabat-sahabatku?

Ukhtie..

Butakah aku? Kemaksiatan berleluasa. Boleh saja ku biarkan muslimin dan muslimat berjumpa. Astagfirullah.. Penderitaan dan pengabaian saudara seagamaku terus leka dan lalai. Apakah yang aku lakukan? Hanya berdiam. Dengan senyuman hanya melangkah. Memberi salam dan menghulurkan tangan. Itu sahajakah? Ya Allah aku akui kelemahan ini, aku insafi kekurangan ini, aku kesali kejahilan ini, bantulah Ya Allah. Terimalah…terimalah…terimalah taubatku ini.

Ukhtie...

Damai dan tenangnya hati ini berjemaah dengan sekalian ikhwah dan akhawati... Kukuhnya pendirian dan kuatnya kaki ini melangkah qiyamulail di saat sendirian dengan dorongan sahabat akhawat.. akhawati di mana sekarang? Mereka tiada di sisi. Kita semua sudah kembali ke medan masing- masing menegakkan pada lapangan praktikal bukan lagi di alam teori.

Terkadang kepala otak ini beku.. malah sudah bengakak pun dek idea dan sekelumit ilmu yang menunggu untuk diluah bersama sekalian anak muda agar tertegak semula pembinaan dakwah agung ini.

Ukhtie...

Tiada rehat tiada penat dan lelah kerana hidup ini sudah menjadi satu perjanjian yang diabadikan padaNya. KepadaNya segalanya. Kemampuan masih ada di sini selagi bernyawa maknanya tetap kita ini hambaNya.

Ukhtie...

Apakah seharusnya bagi kita untuk menerima inilah kekurangan kita. Inilah yang menyebabkan kita ‘ujub. Bangga pada diri yang busuk hina ini. Kalau tidak cukup ujian yang telah Allah Maha Pengasih berikan dulu untuk menyedarkan kita, apakah kita harus dihukum lagi? Akui dan terimalah kelemahan diri kita ukhtie.

Sukar sangatkah? Ianya dalam keadaan tenat kini. Mengapa kita masih juga jahil sebegini? Mengapa kita masih pekak, bisu dan buta dengan keadaan tenat ini. Mereka musuh-musuh Islam bangkit dengan pesatnya menyebarkan dakyah di sana sini habis ke serata ceruk sana mereka hasut dengan dakyah itu sehingga saudara baru kita mengikut dakyah mereka. Ini kelemahan. kita tahu hal ini kerana kita tidak pekak, kita tidak buta dan kita tidak sesekali bisu. Kita dengar dan melihatnya semuanya ukhtie.. Habis itu mengapa kita hanya begini?

Tidak cukupkah kekuatannya? Adakah sehingga Nabi Isa diturunkan barulah kekuatan itu ada? Tidak ukhtie…Allah mengujimu. Allah menguji kita.. Allah sedang berbicara dengan kita. Allah mahu melihat sejauh mana jiwa mu dan jiwa kita memberontak untuk mahu menyebarkan dakwah ini. Allah sedang melihat sejauh mana kesungguhanmu dan kesungguhan kita. Allah sayang mu ukhtie.. Allah sayang kita...

Jika Hassan Al Banna boleh memimpin Al Ikhwan selama 40 tahun lamanya mengapa tidak kita mulakan sekarang perjuangan ini? Usia muda ini takkan kembali ukhtie.. Saat ini kita punya kekuatan dan tiada bebanan dan tanggungjawab yang terlalu berat. Hanya ini yang kita mohon untuk dijayakan.

Tidak mahukah wahai ukhtie, musolla kita itu penuh dengan jemaah? Musolla itu subuhnya, zuhurnya, asarnya terhias dengan saf yang rapat dan majis ilmu juga taklim dan maghrib serta isya’ yang berkumandang alunan Al-Quran di dalamnya?

Ukhtie...

Kewangian ini andai dapat dicipta boleh membawa kepada baraqah mencium syurga. perjuangan ini penuh dengan kepahitan dan onak serta duri. Baik di sisi Allah namun banyak juga hambaNya yang jahil akan menilai kita pada mata dan hati mereka sendiri.
Tapi ingatlah wahai ukhtie fillah, janji Allah itu pasti. Janji Allah itu pasti ukhtie. Kerana kepahitan ini akan dibalas dengan sesuatu yang amat manis iaitu syurga yang abadi. Syurga ukhtie, insyaallah. ukhtie tahu bukan betapa hebatnya dan agungnya syurga itu? Rasulullah saw sendiri sudah melihatnya dan amat ingin memilikinya. Itu sahaja pengorbanan yang perlu dibayar untuk kemanisan itu ukhtie.


Ingatlah ukhtie, Allah jadikan khalifah sebagai pemakmur di muka Bumi untuk menyembah dan mengagungkan Allah SWT. Tidak Dia ciptakan sesuatu melainkan untuk menyembahNya. Ingatlah ukhtie.

Salam kemaafan.. salam mahabbah..

Ukhtuki faqiroh lillah...

Tidak dapat ku gambarkan wajahnya tika membacanya.. namun apa yang ku harap, Allah masih membuka ruang bagi kami memperbaiki kelemahan yang ada dalam diri.. Allah masih membuka pinti taubat untuk kesalahan-kesalahan yang lama, mahupun akan datang.. amien..



Sekian....




BERSEDIAKAH KITA UNTUK LAILATUL QADR?

seperti biasa, seusai menunaikan solat isya' dan teraweh secara berjama'ah, aku berkumpul dengan sebahagian teman2 yang ku kira walau tidak rapat sekali pun, tapi boleh di ajak bersama untuk melakukan kerja2 Islam, insyaallah..

perbincangan malam tu lebih menyebut amalan2 kita pada sepuluh malam terakhir ramadhan kareem ni. subhanallah, sedar tak sedar, aku dah masuk ke fasa ketiga bulan ramadhan, yang mana padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. " dah buat persediaan ke?" sahut seorang teman yang lain, " persediaan raya ke?".. balasnya : " persediaan lailatul qodr la" teman yang duduk hampir dengan ku bersuara, " tak sabar nak balik kampung". aku senyum, pada hakikatnya menantikan kata2 " tak sabar nak jumpa malam lailatulqodr".

antara yang berkumpul, ada yang mengeluarkan pendapat masing2 mengenai lailatulqodr, termasuklah aku sendiri, walaupun ada yang hanya diam tanpa bersuara, mungkin bersuara dalam hati, gholiban orang yang diam lebih berisi. wallahu'alam. tapi mana yang sahih kita ambil, yang rasa2nya tak betul, kita raikan. masing2 punya hak untuk mengeluarkan pendapat masing2. dan aku tahu, mungkin mereka bercakap melalui pembacaan atau setelah berdiskusi dengan yang lebih 'arif..

melalui pembacaan dan diskusi ku dengan beberapa orang pensyarah ( tempat aku menuntut 'ilmu ) juga, aku sampaikan pada teman2 yang ada ketika itu....

Allah berfirman :

"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an pada lailatul Qadar, tahukah engkau apakah ailatul Qadar itu ? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar" (Al-Qadr : 1-5]


Al Qodr ertinya asy-Syarfu wat Ta'dzim (mulia dan agung) dan juga memiliki erti at-Taqdir wal Qadla' (ketetapan dan keputusan). Disebut demikian kerana malam itu merupakan malam yang mulia dan agung yang pada malam tersebut Allah menetapkan berbagai perkara penuh hikmah yang terjadi sepanjang tahun.

firman Allah juga :

"Haa Miim. Demi Kitab (al-Qur'an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (iaitu) urusan yang besar dari sisi Kami, sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul"
(AdDukhoon : 1-5)

Keutamaan Lailatul Qodr

Malam turunnya Al-Quran secara sekaligus ke baitul 'izzah di langit dunia malam itu lebih baik daripada seribu bulan dalam hal kemuliaan, keutamaan dan banyaknya pahala.

Malaikat-malaikat turun, sedang malaikat tidaklah turun kecuali membawa kebaikan, berkah dan rahmat.

Rezeki, Ajal, takdir satu tahun ditetapkan (lihat AdDukhon:4)

Rasulullah sholallahu `alayhi wasallam bersabda :

" Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" [Hadits Riwayat Bukhari 4/217 dan Muslim 759]

Malam yang penuh dengan keselamatan kerana ramai orang yang diselamatkan dari siksa dan azab disebabkan mereka melakukan berbagai macam ketaatan pada Allah

Dan begitu banyak keutamaan-keutamaan lainnya.

Lailatul Qodr ada di sepuluh akhir ramadhan


Lailatul Qodr ada pada sepuluh akhir Ramadhan, berdasarkan sabda Nabi saw, "Carilah Lailatul Qadr di sepuluh malam akhir pada bulan Ramadhan." (Muttafaqun `alaih)

Dan kemungkinan terjadi pada malam-malam yang ganjil lebih besar daripada malam-malam yang genap, berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , "Carilah lailatul qodr itu pada malam yang ganjil pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan." (HR. al-Bukhari)

Dan lebih mendekati lagi adalah pada tujuh malam terakhir berdasarkan hadith dari Ibnu Umar bahwa beberapa orang sahabat Nabi Solallaahu 'alaihi wasalam bermimpi melihat Lailatul Qodr terjadi pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan. Maka Nabi Shalallaahu 'alaihi wasalam bersabda, "Aku melihat bahwa mimpi kalian adalah benar pada tujuh malam terakhir. Maka barang siapa mencarinya maka hendaknya dia mencari pada tujuh malam terakhir." (Muttafaq 'alaih).

Dan dalam riwayat Muslim Nabi bersabda, "Carilah ia pada sepuluh malam terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lelah atau lemah maka jangan sampai terlewatkan pada tujuh malam yang tersisa."

Dan di antara tujuh malam terakhir yang paling mendekati adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Ini berdasarkan perkataan Ubay bin Ka'ab dia berkata, " Demi Allah sungguh aku mengetahui mana malam yang pada malam itu kita semua diperintahkan oleh Rasulullah Solallaahu 'alaihi wasalam untuk melakukan solat malam, iaitu malam dua puluh tujuh." (HR Muslim).

Sesungguhnya Rasulullah sendiri akan memberitahukannya tetapi "Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan dan lima)" [Hadits Riwayat Bukhari 4/232]


Hikmah dirahsiakannya lailatul qodr :


kerana perdebatan kedua orang sahabat tersebut maka Rasulullah tidak jadi memberitahukan bila berlakunya malam lailatu Qodr. Allah Subhannahu wa Ta'ala merahasiakan bila terjadinya lailatul qodr kepada hamba-hamba-Nya tidak lain adalah sebagai rahmat bagi mereka agar mereka banyak-banyak mengerjakan 'amal kebaikan dalam rangka mencari malam itu. iaitu dengan banyak melakukan solat, dzikir, do'a dan lain-lain sehingga terus bertambah kedekatannya kepada Allah , dan bertambah pula pahala mereka. Allah juga merahsiakan itu sebagai ujian agar diketahui siapakah yang sungguh- sungguh di dalam mencarinya dan siapa yang bermalas-malasan dan meremehkannya. Kerana orang yang berkeinginan mendapatkan sesuatu maka dia pasti akan bersungguh- sungguh untuk memperolehya, tanpa mempedulikan rasa letih dalam rangka menempuh jalan untuk mencapainya. Kalau diketahui boleh jadi banyak yang hanya ber'ibadah pada malam tersebut saja.

Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qodr.?


Lebih bersungguh-sungguh dalam ber'ibadah "Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya" [Hadits Riwayat Muslim 1174]


Bangun mendirikan solat, menghidupkan malam dengan 'ibadah-'ibadah dan ketaatan. Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha. "Adalah Rasulullah Sollallahu 'alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya [Menjauhi wanita (aitu isteri-isterinya) kerana 'ibadah, menyingsingkan badan untuk mencarinya] menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" [Hadits Riwayat Bukhari 4/233 dan Muslim 1174]


Memperbanyakkan do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, (dia) berkata : "Aku bertanya, "Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qodr (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah :"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii"(Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku) (Hadits Riwayat Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850)


I`tikaf. "Rosulullah bersabda sesungguhnya ia (lailatul qodr) itu pada sepuluh terakhir. Maka barangsiapa yang hendak beri`tikaf hendaklah ia beri`tikaf"

(HR Muslim). ada pun yang dimaksud i`tikaf adalah berkonsentrasi melakukan ketaatan kepada Allah didalam masjidNya, untuk mencari kurniaNya, dan mendapatkan lailatul qodr.


Tanda-Tanda lailatul qodr :

Sesungguhnya Rasulullah Sollallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.Dari 'Ubay Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."ertinya : Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi" [Hadits Riwayat Muslim 762]

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."ertinya : (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan" [Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]

itu je la 'ilmu yang dapat aku dan teman2ku kongsikan. banyak juga soalan yang tidak mampu untuk di jawab : " perlu kepada yang lebih 'arif "


" Ya Allah jadikanlah kami orang yang mampu berpuasa ramadhan, mendapatkan lailatul qodr dan beruntung memperoleh pahala yang besar ". amien...

( sumber :Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, M Nasib ArRifa`i , Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, Majlis Ramadhan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin )

sekian.. allahu'alam

saat hati kecil ini berbicara...

Bismillahirahmanirrahim..



lewat senja, selesai menyiapkan assigtment yang memenuhi ruang meja study, aku menghembuskan nafas lega. mana taknya, cuti semakin hampir, ramadhan jua kian pergi meninggalkan umat Islam. terasa sebak dalam hati, kerja-kerja yang banyak terkadang membatasi diri ku untuk ber'ibadah. astagfirullahal'azim..tanpa ku sedari, air jernih menitis membasahi pipi. ya Allah, andai ini ramadhan terakhirku, aku mohon pertemukan aku dengan kedua orang tua ku walau sesaat.. amien..



duduk di meja study, ku lontar pandanganku jauh-jauh ke luar jendela, entah apa yang mengganggu fikiran tika itu.. perbualan dengan seorang teman semalan melingkari ruang pemikiranku." salahkah kalau aku sayang dia?" persoalan yang di timbulkan. aku hanya mampu terdiam bila di minta jawapan berulang kali. malu.. aku malu.. perasaan sayang tidak salah ukhti, tapi kena ambil berat juga di mana kita perlu labuhkan rasa sayang tu? pada seorang insan yang bernama hawwa seperti kita atau untuk insan yang bukan mahram kita?



kenangan beberapa bulan yang lepas menggamit pemikiran ku kembali.. saat itu memang terasa sungguh indah, aku berjaya di hasut oleh syaitan la'natullah. rasa bersalah bersarang dalam diri. maaf akhi, betapa berdosanya aku saat aku turut mengheret akhi ke lembah durjana. aku meyakini hadith nabi s.a.w., benarlah wanita fitnah tersebar dunia... perbincangan dengan ukhtie semalam benar-benar membuatkan aku terpukul dengan kenangan silam. bukan dia yang bersalah, bukan akhi yang bersalah.. tapi.. insan yang hina ini yang lalai, alpa..



akhi..
ana tak tahu kenapa kali ini terlalu payah nak meluahkannya..
entah seakan rasa akan hadir detik perpisahan antara kita..
dan sangat sukar tuk ana gambarkan situasi itu..
syukran kerana sentiasa memberi semangat dan dorongan..
maafkan ana andai ada khilafnya ana sepanjang perkenalan kita..
maafkan ana andai ana bukan "sahabat" yang baik buat akhi ...
terima kasih kerana sering menolong ana....
maaf andai ana punca kepada kelalaian akhi..
bukan salah akhi..
tapi salah ana... salah ana..

moga ALLAH berkati setiap kasih "persahabatan" yang akhi curahkan ...

moga ALLAH mengampuni dosa-dosa kita di masa yang lalu..

moga ALLAH memberkati akhi..

- ketika hati berbicara -

BERDALILLAH APA YANG DATANG DARI ALLAH DAN RASULULLAH

seusai menunaikan solat, ku capai tafsir al-Quran berhampiran denganku. Selesai membaca empat muka surat dari ayat suci beserta dengan tafsirnya, aku mengambil keputusan untuk mengakhiri bacaan ku… terasa sesak dalam dada, entah apa yang mengganggu ku tika itu. Rasa sakit itu datang lagi.. hamdulillah, syukran Lillah, “semuanya tarbiyah dari Allah”, getus hatiku.

Teringat aku pada mafhum dari ayat yang aku baca sebentar tadi : “ jika kamu saling berbantah-bantahan dalam sesuatu perkara, maka kembalikanlah ia kepada Allah ( al-Quran ) dan Rasul ( assunnah ) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya”.

Ku lihat buku Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah yang ku pinjam dari seorang sahabat semalam. Ahh, aku rewind kembali perbincangan ku dengan sahabatku, lewat senja kelmarin, betapa manusia lewat akhir zaman kini berbicara sesuatu perkara tanpa tahu kesahihannya, entah benar atau tidak.. dari mana sumbernya juga tidak di ketahui.. tidak kisahlah, yang berada di barisan atas mahupun bawah. Aku hanya mendengar hujahnya.. masing-masing punya hujah tersendiri, masing-masing punya manhaj tersendiri..


“Dan di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bahwa dalam berdalil selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam baik secara lahir mahu pun bathin dan mengikuti apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin mahu pun Anshar pada umumnya dan khususnya mengikuti Al-Khulafaur-rasyidin” sebagaimana wasiat Rasulullah dalam sabdanya.

ertinya : " Berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyid-iin yang mendapat petunjuk". [Telah terdahulu takhrijnya]

Dan Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mendahulukan perkataan siapa pun terhadap firman Allah dan sabda Rasulullah. Oleh kerana itu mereka dinamakan Ahlul Kitab Was Sunnah. Setelah mengambil dasar Al-Qur'an dan As-Sunnah, mereka mengambil apa-apa yang telah disepakati ulama umat ini. Inilah yang disebut dasar yang pertama iaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Segala hal yang diperselisihkan manusia selalu dikembalikan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah.

Seperti mana firman Allah ta’ala , ertinya : “Maka jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman pada Allah dan hari akhir, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya". [An-Nisaa : 59]

Ahlus Sunnah tidak meyakini adanya kema'shuman seseorang selain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka tidak berta'ashub pada suatu pendapat sampai pendapat tersebut bersesuaian dengan Al-Kitab dan As-Sunnah. Mereka meyakini bahwa mujtahid itu bisa salah dan benar dalam ijtihadnya. Mereka tidak boleh berijtihad sembarangan kecuali siapa yang telah memenuhi persyaratan tertentu menurut ahlul 'ilmi.

perbezaan atau khilaf diantara mereka dalam masalah ijtihad tidak boleh mengharuskan adanya permusuhan dan saling memutuskan hubungan diantara mereka, sebagaimana dilakukan orang-orang yang ta'ashub dan ahlul bid'ah. Sungguh mereka tetap metolerir perbedaan yang layak (wajar), bahkan mereka tetap saling mencintai dan berwali satu sama lain ; sebagian mereka tetap solah di belakang sebahagian yang lain betapa pun adanya khilaf dalam masalah furu’ (cabang) diantara mereka. Sedang ahlul bid'ah saling memusuhi, mengkafirkan dan menghukumi sesat kepada setiap orang yang menyimpang dari golongan mereka.

berdoalah moga-moga kita di tempatkan di antara golongan yang sentiasa beramal dengan kitab Allah dan sunnah Baginda sallallahu’alaihi wasalam, dan mohon moga kita di lindungi dan di hindarkan dari menjadi golongan yang menghukumi seseorang kafir mahupun sesat.

Wallahu’alam…

benarkah hidup dan mati kita kerana Allah?

bismillahirrahmanirrahim sebagai pembuka bicara di awal tinta kali ini ( sebelum ni takde ke? )

alhamdulillah, setelah dua hari di landa demam panas, akhirnya aku sembuh juga.. emm, ini lah tarbiyah dari Allah untuk aku di bulan kareem ni, Allahu Akram. syukran ya Ilahi.. sambil menanti giliran aku untuk " tasmi' " petang ni, aku mengambil inisiatif sendiri untuk mengisi waktu yang ada untuk coretkan sesuatu buat tatapan semua yang ada di alam maya, tak kira siapa pun, yang sudi untuk berkunjung ke blog aku ni la...

sepanjang dalam tempoh menahan tarbiyah yang Maha Esa ni, aku tertarik dengan kata-kata seorang sahabat aku.. " hidup dan mati kita ni hanya untuk Allah". ya, aku akui, sesiapa pun, yang bergelar seorang da'ie, mungkin juga yang belajar ilmu agama akan melafazkan kata-kata indah tersebut. tapi, dalam tempoh itu juga, terdetik di benak fikiranku, sejauh mana kebenaran hidup dan mati seorang hamba itu adalah kerana Allah?

ingin aku mengajak sahabat2, teman2 semua untuk menguji diri kita masing-masing dengan ujian iman dan Islam, dan mengukur kehidupan kita dengan sinaran kriteria tersebut. Bila kita mengakui yang kita telah pun menerima Islam dan menyatakan iman kepadanya, kaji dan periksalah diri kita...

1-Apakah benar bahawa hidup dan mati kita adalah benar-benar untuk Allah saja?

2-Apakah hidup, akal fikiran, tenaga yang ada pada jiwa dan raga kita, waktu dan usaha-usaha kita, semuanya kita abdikan untuk memenuhi kehendak Allah?

3-Apakah yang harus kita kerjakan untuk menunjang tercapainya tugas yang telah diberikan Allah kepada umat Islam?

4-Selanjutnya, apakah kita telah memberikan seluruh kepatuhan dan pengabdian kita sepenuhnya kepada Allah?

5-Apakah pelayanan kepada hawa nafsu dan pengabdian kepada keluarga, saudara-saudara, handai-taulan, masyarakat dan penguasa Negara, telah sepenuhnya terhapus dari jiwa kita?

6-Sudahkah kita mengukur kesukaan dan kebencian kita, seluruhnya tergantung pada kehendak Allah?

7-Kemudian kita juga harus memeriksa apakah bila kita mencintai seseorang, hal itu kita lakukan kerana Allah atau tidak; apakah bila kita membenci seseorang, juga kerana Allah?

8-Apakah dalam kecintaan dan kebencian kita tidak terkandung unsur egoisme atau keangkuhan?

9-Sekali lagi, kita harus memeriksa apakah tindakan kita dalam memberi atau tidak memberi sesuatu kepada seseorang juga telah kita lakukan kerana Allah?

10-Benarkah bahawa, apa pun yang kita belanjakan untuk kepentingan kita sendiri ataupun kita berikan kepada orang lain adalah kerana hal itu telah ditetapkan Allah, dan bahawa dengan pembelanjaan dan pemberian itu, tujuan kita adalah semata-mata mencari redha-Nya?

11-Demikian juga bila kita tidak memberikan sesuatu kepada seseorang, apakah hal itu juga kerana Allah melarang kita memberikannya?

bila kita rasakan semua yang tertera di atas ada dalam diri kita, maka haruslah kita bersyukur kepada Allah bahawa kita telah pun dianugerahi rahmat iman dalam kepenuhannya. Tetapi bila dalam hal ini kita masih merasakan sesuatu kekurangan, maka kita harus memusatkan tekad dan perhatian kita untuk menghilangkan kekurangan ini, kerana kesejahteraan kita di dunia ini dan keselamatan kita di akhirat nanti, tergantung pada usaha kita untuk menghilangkan kekurangan dalam iman kita itu. Tanpa kejayaan itu kita tidak akan dapat menebus kerugian kita di akhirat, kerana kekurangan iman kita itu. Tapi bila kita berhasil menutupi kekurangan iman kita, maka walaupun kita tidak memperoleh apa-apa di dunia ini, kita akan tetap berjaya di akhirat nanti.

Ukuran ini ditetapkan bukan dengan maksud agar kita menguji orang-orang lain dengannya, dan menentukan apakah mereka itu Mu’min, kafir atau munafiq, tetapi agar kita sendiri menguji diri kita sendiri, dan setelah mengetahui kekurangan iman dalam diri kita, kita akan segera mencuba menghilangkannya sebelum kita dihadapkan di pengadilan akhirat nanti. kita tidak perlu penilaian ‘ulama’, mufti atau kadi mana pun juga, tentang diri kita. almuhimmah huna, adalah penilaian dari Penguasa Tertinggi, yang tahu akan hal yang ghaib mahupun yang kelihatan. Janganlah kita cepat merasa puas dengan melihat nama kita tercantum sebagai seorang Islam dalam daftar tanda penduduk kita ( surat kelahiran atau kad pengenalan ), tetapi berusahalah agar nama kita tercatat dalam Buku-Catatan Allah sebagai hamba-Nya yang patuh.

Tidak ada gunanya bila seluruh manusia di dunia ini memberikan surat keterangan bahawa kita adalah seorang Islam. Kejayaan kita yang sebenarnya terletak dalam penilaian yang diberikan oleh Allah, bahawa kita adalah seorang Mu’min, bukannya seorang munafiq, seorang yang beriman, bukannya seorang kafir.

sekian.. renung2kanlah dan selamat beramal..

( aku terima mesej dari sahabat aku, katanya ustaz baru datang ke pejabat. persoalannya.. sempatkah aku nak tasmi' ni? )

wallahu'alam.

( Sumber : Sayyid Qutb & Abu’l A ‘la Al-Maududi. 2001. Manhaj Hidup Muslim. )

kerna tarbiyyah, akan lahirnya insan yang bertaqwa


Pentarbiyahan mampu melahirkan insan yang bertaqwa dan beramal soleh. adapun ilmu hanya sekadar memberikan pengetahuan dan belum tentu dapat memberikan ketaqwaan dan kesolehan kepada seseorang atau memberikan kekuatan kepadanya dalam melawan musuh atau menghadapi hawa nafsunya.

Hal ini sudah jelas disebutkan di dalam Al-Qur'an sendiri apabila menyifatkan perbuatan para pendita dan alim agama Yahudi yang mengetahui isi kandungan kitab mereka tetapi menyalahinya kerana menurut hawa nafsu mereka.

Allah swt berfirman :

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ


"Wahai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan antara yang haq dengan yang bathil, dan Menyembunyikan kebenaran, Padahal kamu mengetahuinya?" (Ali-Imran : 71)

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَة


" Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) Mengenal Muhammad seperti mereka Mengenal anak-anaknya sendiri dan Sesungguhnya sebahagian diantara mereka Menyembunyikan kebenaran, Padahal mereka mengetahui. " (Al-Baqarah : 146)

Hal ini juga diriwayatkan telah disebut oleh baginda rasulullah salallahu'alaihiwasalam : "Sesungguhnya Bani Israel menulis sebuah kitab dan mengikutinya serta meninggalkan Taurat." (hadis riwayat Darimi dan Tabrani serta disahihkan oleh Albani)

Keilmuan semata-mata tidak langsung dapat menyelamatkan diri manusia daripada kemurkaan Allah swt sebaliknya dengan amal dan taqwa maka barulah dianggap seseorang muslim itu akan mencapai apa yang disebutkan kejayaan di dunia dan di akhirat.

Inilah yang disebut dalam hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahawa baginda salallahu'alahiwasalam pernah bersabda :


من تعلم علما مما يبتغي به وجه الله عز وجل ,لا يتعلمه الا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة


“ Siapa yang mempelajari ilmu selain mencari redha Allah, dan mempelajarinya bertujuan untuk habuan dan ganjaran dunia maka tidaklah dia dapat (diharamkan) mencium bau syurga di hari akhirat.” (Hadith Sahih, Riwayat Abu Daud no. 3179)

Sebaliknya marilah kita melihat pula hasil tarbiyah rasulullah salallahualaihiwasalam kepada para sahabat ra dengan tarbiyah imaniyah dan ‘aqidah yang masuk meresap ke dalam jiwa melalui proses yang memakan masa, harta dan jiwa raga apabila para sahabat terdidik mentaati perintah Allah swt sekalipun mereka berdepan dengan ujian yang mengancam jiwa dan nyawa serta segala kenikmatan duniawi yang berada di hadapan mata.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


"Sesungguhnya jawapan orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah mereka berkata "Kami mendengar, dan Kami patuh" dan mereka Itulah orang-orang yang berjaya." (An-Nur : 51)

Sebagaimana apa yang ditulis oleh Imam Ibn Qayyim Az-Jauziyah di dalam Kitabnya Zadul Ma'ad mengenai Peristiwa Perang Badar Al-Kubra apabila berita keluarnya rombongan Quraisy sampai kepada rasulullah maka baginda pun bermesyuarat bersama-sama sahabatnya maka golongan Muhajirin pun menyetujui hasrat baginda untuk memerangi mereka kemudian baginda berbincang lagi lalu dipersetujui lagi oleh Muhajirin dan seterusnya sehingga kali ketiga apabila golongan Ansor kemudian menyedari bahawa mereka yang menjadi sebab perbincangan itu maka bangunlah Saad Bin Ubadah ra lalu berkata :

" Apakah kami yang engkau kehendaki ya rasulullah ? Agaknya kamu takut golongan Ansor tidak melihat perlunya mereka membantu kamu kecuali hanya di dalam negerinya sahaja ? (disebabkan sewaktu berbai'ah janji setia dengan rasulullah kaum Ansor hanya berjanji akan membantu baginda daripada ancaman di dalam negeri) Maka aku berkata kepada kamu akan perihal Ansor dan menjawab bagi pihak mereka bahawa :

"Perintahkanlah kami musafir ke mana yang engkau suka,sambunglah pertalian kami dengan sesiapa yang engkau sukai, dan putuskanlah talian kami dengan siapa yang engkau suka, dan ambillah dari harta kami sebanyak mana yang engkau sukai dan berikan kepada kami apa yang engkau mahu memberi, tidaklah apa yang engkau ambil daripada kami lebih kami sukai (suka untuk kamu ambil) daripada apa yang engkau tinggalkan untuk kami." dan di dalam riwayat lain disebutkan "Sekiranya engkau mengarahkan kami untuk menyemberangi lautan nesaya akan kami menunggangnya."

(Dikeluarkan oleh Ibn Saad daripada Mursal Ikrimah dan asal kisah ini daripada sahih Muslim no. 1779 daripada hadis Anas bin Malik ra )

Demikianlah iman yang tinggi hasil tarbiyah dan didikan rasulullah salallahu'alaihiwasalam serta para naqib yang diutuskan oleh baginda dahulu kepada kaum Ansor ra bagi mengajarkan mereka akan perihal imaniyah dan aqidah. Tiada ragu-ragu dalam menyahut seruan baginda alaihisalam sekalipun apa yang diminta sebenarnya ialah bukan hanya harta tetapi perang yang meragut nyawa yang menjadi harta paling disayangi oleh setiap manusia yang mencintai dunia.

Itulah kesan tarbiyah yang tidak sama langsung dengan hanya ilmu yang diajarkan kepada manusia apabila ianya tidak masuk ke hati dan tidak mencairkan keegoaan, kepalsuan, keghairahan nafsu dan kegilaan syahwat yang berterusan meminta habuan dunia.

Lupakah kita kisah pengharaman Arak ? Masyarakat arab yang sebati hidup mereka dengan arak dan menjadi budaya seharian menghidangkan arak di dalam majlis dan jamuan kemudiannya apabila turun perintah Allah swt maka dengan segera bertaubat dan meninggalkan minuman arak kerana mencari redha Allah swt.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ


"Wahai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (Al-Maidah : 90-91)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad ra daripada Anas bin Malik ra bahawa Abu Ubaidah bin Jarrah ra dan Ubay' bin Ka'ab dan Suhail serta sebahagian daripada sahabat rasulullah berada disisi Abi Talhah ra dan mereka hampir meminum arak sehingga datang orang memberitahu kepada mereka akan perintah keharaman arak lalu mereka menuangkan minuman arak yang berada di dalam bekas minuman mereka dan membakarnya.

(sila rujuk di dalam Tafsir Ibn Katsir pada ayat 90 -91 Surah Al-Maidah dan hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim serta lain-lain)

Bayangkan oleh kita sekiranya perintah yang sama ditujukan kepada kita pada zaman hari ini nescaya ramai yang akan memperbahaskan dahulu kewajaran perintah ini, mempertikaikan, mencadangkan supaya dikaji semula dan sebagainya, pelbagai lagi kedegilan dan engkar yang akan terpapar meng-gambarkan ilmu yang semakin tinggi dipelajari semakin membawa kita sombong dan angkuh serta menjauh daripada hidayah dan pertunjuk Allah swt.

Demikianlah kesimpulan daripada kisah-kisah dan riwayat yang dapat diambil pengajaran oleh mereka yang beriman mengenai kepentingan tarbiyah di dalam Islam yang diabaikan oleh para guru sunnah dan ahli agama Islam hari ini yang sibuk mengejar nama di dalam era dakwah dan media massa atau sibuk mahu menambahkan tulisan-tulisan mereka di dada akhbar atau di dalam senarai buku perpustakaan Islam tetapi melupakan tugasan Maha penting mendidik dan mentarbiyah umat dengan kefahaman yang sahih menurut salaf assoleh.

Semoga Allah swt merahmati usaha kita dan mengembalikan kita kepada jalan yang sahih serta diredhai-Nya dan memasukkan kita bersama hamba-hamba-Nya yang beriman ke dalam Syurga.

Segala puji hanyalah bagi Allah swt.

segala kekurangan amat di kesali...

allahu wa rasulu 'alam.

berkatkah ilmu yang kita tuntut?

Segala pujian bagi Allah SWT, Khaliq semesta alam, Rahmat dan keselamatan, moga-moga dilimpahkanNya kepada Pemimpin Besar, Nabi Muhammad SAW serta kaum keluarga para sahabatnya, pemegang obor kebenaran. Adapun daripada itu kita sama-sama mohon agar kita kaum muslimin diberi-Nya pimpinan ke jalan yang benar, terjauh dari kesesatan.

Hamdulillah, hari ni da masuk ramadhan yang ke-11, masih mampu bernafas walau kurang sihat, pada hakikatnya, namun, bi masyi’atillah, untuk ‘ibadahku, fi sihah.... entri yang pena coretkan kali ini tajuknya seperti yang tertera seperti di atas... “ berkatkah ‘ilmu kita”...

Anda akan mendapati sebahagian manusia telah dikurniakan oleh Allah ilmu yang luas, namun masih kelihatan seperti orang yg ‘buta huruf’, tidak nampak pengaruh ilmu itu pada dirinya, tidak juga didalam ibadah2nya. tidak didalam akhlaknya, tidak didalam perilakunya, dan tidak pula didalam pergaulannya di antara sesama manusia. Terkadang ia menyalah gunakan ilmu tersebut untuk lebih membanggakan diri dihadapan hamba2 Allah, merasa tinggi dan merendahkan mereka. Dia tidak menyedari bahawasanya yang telah mengurniakan ilmu kepadanya adalah Allah ‘azzawajalla, dan sungguh jika Allah berkehendak, nescahaya akan menjadikannnya seperti layaknya orang yang jahil.

Kita pasti akan dapat perhatikan, atau pun tidak merasakannya, bahawa Allah telah mengurniakan kepada kita ilmu, akan tetapi gholiban manusia tidak dapat mengambil manfaat daripada ilmunya, baik melalui pengajaran, pengarahan atau nasihat, dan tidak juga melalui tulisan. Bahkan ilmu itu hanya terbatas untuk dirinya sendiri. Allah tidak memberkahinya didalam ilmu itu, dan tidak diragukan lagi, ini bererti hilangnya kurnia yang besar. Padahal ilmu itu merupakan pemberian Allah subhanahuwata’ala yg paling membawa berkat bagi seorang hamba, kerna ilmu itu jika di ajarkan kepada orang lain dan di sebarkan di tengah masyarakat, insyaallah akan mendapatkan pahala atas itu semua dari beberapa sisi, iaitu:

1) Bahawa dengan menyebarkan ilmu yang kita miliki bererti kita telah menyebarkan agama Allah ‘azzawajalla, sehingga kita termasuk dari para mujahidin, insyaallah. Seorang Muslim yangg berjihad di jalan Allah, dia telah menakluk negeri demi negeri hingga tersebarlah agama Allah di wilayah itu. Adapun kita ini adalah pembuka hati2 yang tertutup melalui ilmu tersebut, sehingga syari’at Allah ‘azzawajalla tersebar luas.

2) Di antara keberkatan dari penyebaran ilmu dan pengajarannya adalah bahawa dalam penyebaran ilmu itu pasti tersirat penjagaan terhadap syaria’at Allah dan perlindungan terhadapnya. Tanpa ditunjang dengan ilmu, maka syari’atnya ini tidak akan terjaga, syari’at ini terjaga dengan perantaraan mereka yang Allah kurniakan petunjuk berupa ilmu yang bermanfat. Apabila Anda telah menyebarkan ilmu itu, dan masyarakatpun mudah mengambil manfaat darinya, maka penjagaan terhadap syria’at Allah dan pemeliharaannya akan terlaksana (dengan baik).

3) Dengan menyebarkan ilmu bererti kita sudah pun berbuat baik kepada orang yang telah kita ajari (ilmu) tersebut padanya. Oleh kerana kita telah menjadikannya mengerti terhadap agama. Apabila orang itu beribadat kepada Allah dengan bashirah (ilmu yg benar), maka insyaallah kita akan turut mendapat pahala seperti pahala yang dia dapat. Kerana kitalah yang telah menunjukkannya kepada kebaikkan itu, sedangkan orang yang menunjukkan kepada sesuatu kebaikan, maka ia seperti pelakunya. Jadi ilmu yg disebarluaskan merupakan kebaikkan dan keberkatan bagi penyebar dan penerimanya.

4) Sesungguhnya dengan menyebarkan ilmu dan mengajarkannya, seseorang akan bertambah ilmunya. Ilmu seseorang akan bertambah dengan diajarkan org lain, sebab ia akan mengingat kembali apa yang telah dihafalnya dan ia merupakan pembuka bagi ilmu yang belum dihafal. Betapa banyak manfaat yang diperoleh seorang ‘alim(guru) dari para muridnya, mereka terkadang datang mengemukakan makna2 yang tidak pernah terlintas di dalam benaknya, sehingga ia dapat mengambil manfaat daripada muridnya. Padahal dia adalah pengajar mereka dan ini merupakan suatu kenyataan.

Oleh kerana itu, selayaknya bagi para mu’allim bila ia mengambil manfaat dari talamiznya, dan muridnya menemukan ilmu, hendaklah ia selalu memotivasikan murid tersebut, dan mengucapkan ribuan terima kasih kepadanya. Jangan seperti anggapan sebahagian orang bahawawsanya jika seorang murid telah menemukan dan menjelaskan ilmu yang belum diketahuinya, seorang guru merasa tersinggung sambil mengatakan:” Ini anak hingusan yang mengajar orang dewasa,” sehingga dia(murid) tersinggung dan berusaha menghindarkan dirinya unutuk berdiskusi dengannya. Dia khuatir anak itu akan menyebabkannya ke dalam masalah yg belum diketahui. Ini merupakan sikap yang bersumberkan dari keterbatasan ilmu dan akalnya.

Sebab apabila Allah telah menganugerahkan kepada kita, insyaallah talamiz2 yang mengingatkan persoalan yang kita lupa, dan mereka pun membukakan untuk kita ilmu yang belum kita ketahui, maka hal itu merupakan sebahagian daripada nikmat Allah. Dan inilah buah tangan daripada penyebaran ilmu yang akan terus bertambah jika kita mengajarkannya dan menyampaikannya. Sebagaimana ungkapan seorang yg membandingkan antara ilmu dan harta, ia berkata mengenai ilmu:

(ilmu) akan bertambah denagn banyak mengajarkannya,dan akan berkurang jika engkau menahannya lalu mengekangnya.Jika engkau mengekang ilmu itu, maka ia tidak akan berkembang. Dan jika ia engkau tahan, maka ia akan berkurang, ya’ni engkau bakal melupakannya. Akan tetapi, jika engkau menyebarkannya ia senantiasa akan bertambah.

Sepatutnya bagi seseorang dalam menyebarkan ilmu agar menerapkan sikap hikmah (bijaksana) dalam mengajar, dengan menyampaikan kepada talamiznya masalah2 yang sesuai dengan kadar kemampuan akal fikiran dan tidak membebani mereka dengan permasalahan yang sekiranya memberatkan. Bahkan mendidik mereka dengan ilmu setahap demi setahap.

Oleh kerana itu, ada sebahagian orang yang memberikan definisi tentang seorang ‘alim yg rabbani (memiliki jiwa pendidik), iaitu seorang ‘alim yang mengajarkan kepada manusia dimulai dari ilmu2 yang ringan sebelum menginjak ke yang lebih sulit dan kompleks. Kita semua mengetahui bahawa suatu bangunan tidak akan berdiri teguh begitu sahaja dengan megahnya di atas bumi, tetapi bangunan itu dibangun oleh ahlinya secara bertahap hingga bangunan tersebut sempurna. Begitu halnya dengan seorang mu’allim, selayaknya ia memperhatikan kemampuan berfikir para talamiznya sehingga dia hanya menyampaikan kepada mereka ilmu yang mampu mereka terima dengan akal mereka. Oleh kerana itu manusia diperintahkan supaya berbicara denagn org lain sesuai dengan pemahaman lawan bicaranya.

Ibnu Mas’ud radiallahhu’anh berkata” “Sungguh tidaklah kamu berbicara dengan sekelompok masyarakat dengan sesuatu pembahasan yang tidak mampu mereka cerna, kecuali hal itu akan menjadi fitnah bagi sebahagian mereka (Kesalahfahaman).”Demikian pula, hendaklah seorang pengajar mencurahkan perhatian terhadap pokok2 dan kaedah2 agamanya (ilmu ushul dan alat), sebab keduanya itu merupakan fondasi sesuatu ilmu.
Para ulama mengatakan:”Barang siapa yang tidak mendapatkan pokok2 sesuatu ilmu (ilmu usul), maka ia akan jauh dari keberhasilan, ya’ni tidak akan sampai pada tujuan akhirnya. Maka seorang pendidik dianjurkan supaya mengajarkan kepada talamiznya pokok2 dan kaedah2 ilmu yang darinya akan muncul masalah2 yang bersifat furu’iyyah (cabang). Sebab org yg mempelajari ilmu dari permasalahan yang bersifat cabang, nescaya dia tidak dapat memberikan jawapan yang benar bila dihadapkan kepada sesuatu permasalahan yang pelik untuk diketahui hukumnya, kerana tidak memiliki dasar.

oleh itu, buat teman2 seperjuangan, insyaallah yang meneruskan perjuangan sebagai seorang mu’allim atau mu’allimah, pergunakan ‘ilmu yang ada di dada dengan sebaiknya, jangan ‘ilmu itu hanya ada dalam buku, seperti pepatah ‘arab : “ al-‘ilmu laisa fil kitab wa lakin fi as-sudur ”. kewajipan menyampaikan perkara2 yang baik adalah tanggungjawab kita bersama.

Wallahu’alam...